Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang

Jumat, 14 Januari 2011

Kisah Sukses Dengan Modal Rp.2000



Posted on March 31, 2010 by indunkz

JAKARTA, KOMPAS.com — Usia boleh senja, tetapi semangat untuk berkarya tetap tinggi. Itulah yang dipraktikkan Iwa, pemilik Indo Cipta Galeri Craft Art di Bogor, Jawa Barat.

Perempuan berusia 61 tahun ini setiap hari menopang usahanya dengan bekerja sebagai perajin aksesori dan sulaman kepompong. Dengan penglihatan yang mulai surut, setiap hari dia bisa menghasilkan lebih dari 10 kerajinan. Bahkan, dalam waktu tiga bulan, dia bisa menghasilkan sekitar 300 kerajinan dari tangannya sendiri.

Alhasil, dari hasil kerjanya itu, nenek satu cucu ini tak perlu menggantungkan hari tuanya di tangan suami ataupun anak-anaknya.

”Umur sekian enggak masalah. Ngapain pensiun, ngapain kita berhenti. Kita senang kok hobi kita tersalur, biarpun sudah nenek-nenek. Nanti saja kalau sudah diambil Tuhan baru pensiun,” kata Iwa kepada Kompas.com saat ditemui di lokasi pameran ekonomi daur ulang, Hotel Bidakara, Jakarta.

Sudah sembilan tahun Iwa membuat kerajinan kepompong. Sebelum memproduksi kerajinan aksesori dan sulaman kepompong, nenek satu cucu ini membuat kerajinan bunga kering. Pekerjaan ini dijalaninya sejak 32 tahun silam.

Saat itu, Iwa baru saja diperistri oleh suaminya, Irwin Hasibuan (62). Kehidupan pengantin baru ternyata membuatnya memiliki banyak waktu luang. Dia pun mencari kegiatan dan mulai menggeluti hobinya saat masih gadis dulu, yakni membuat kerajinan.

Dengan bermodalkan Rp 2.000, dia menjajal kerajinan bunga kering. Tak disangka, hasil kerajinannya ini laku dijual dan pesanan pun mulai membanjir.

Puluhan tahun menyetir usahanya, Iwa pernah berulang kali mengalami jatuh bangun. Usahanya mengalami masa kejayaan pada 1992. Saat itu, banyak pesanan mengalir dari Amerika Serikat, Brunei, dan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Dari dalam negeri, pelanggannya banyak berasal dari kalangan birokrat. Namun, krisis moneter 1997 menghantam usahanya. ”Saat krisis moneter itu pelan-pelan usaha saya terus menurun. Itulah yang disebut sampai titik nadir kami. Terus terang saya bingung mau bagaimana. Pokoknya sempat menangis berdarah-darah,” ujarnya pelan.

Tak kehilangan semangat, ibu tiga anak ini terus memproduksi bunga kering. Zaman pemerintahan Gus Dur, dia mendapat pesanan 20 rangkaian bunga kering dari kalangan pegawai pemerintahan. Pesanan ini cukup membangkitkan usahanya kembali.

Memasuki abad ke-21, dia merasa bahwa pasar telah mulai jenuh dengan produknya. Iwa mencoba kreasi baru dengan mengadopsi kepompong untuk diimbuhkan dalam kerajinannya.

Tak hanya kepompong sutra, segala macam rumah ulat ini dicobanya. Biasanya, dia memilih untuk mempertahankan warna asli kepompong dalam setiap produknya. Hasilnya, kepompong warna kuning emas atau putih ini disulap menjadi aksesori baju ataupun jepitan rambut. Versi lain, Iwa menyulamkan kepompong sebagai hiasan di baju ataupun selendang.

”Ibu cari biar tampil beda dan eksklusif. Pokoknya harus kreatif dan bahannya yang unik. Dari situ saya lihat kepompong dan berpikir kalau itu bisa disulam dan diapa-apain menjadi aksesori. Eh, malah bikinan nenek-nenek disukai anak-anak,” ucapnya.
sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/03/11/08363042/Modal.Rp.2.000..Bisa.Topang.Masa.Tua

Gimana modalnya? Ada yang nekad lho gan dengan menjual BPKB. Paraahhhh….tapi akhirnya berhasil juga.
ini nih:
Besar Kecil Normal
Dari Menggadaikan BPKB, Kini Beromset Rp 3 Miliar
Sabtu, 13 Maret 2010 | 19:31 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Yogyakarta – Berawal dari menggadaikan BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) untuk merintis usaha cuci pakaian (laundry), Agung Nugroho Susanto, kini bahkan bisa meraup pendapatan Rp 3 miliar per bulan. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini bahkan dinobatkan sebagai juara pertama Wirausaha Muda Mandiri 2009, anugerah dari Universitas Gadjah Mada kepada para alumninya yang dinilai sukses merintis wirausaha.

Agung memulai usaha jasa laundry sejak 28 Fabruari 2006, setelah bisnis distro dan jual beli handphone bangkrut. Ketika memulai usaha jasa cuci pakaian, Agung masih berstatus mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Untuk memulai usaha barunya itu, Agung terpaksa menggadaikan BPKB.

“Uang hasil menggadaikan BPKB itu kemudian saya belikan satu mesin cuci dan satu mesin pengering,” jelas Agung saat berbincang dengan wartawan beberapa waktu lalu. Agung memulai usaha jasa cuci pakaian yang diberi nama Simply Fresh Laundry ini di Jl Flamboyan, Yogyakarta.

“Saat itu sudah ada lima jasa cuci pakaian di tempat itu. Karenanya, saya harus memberi tawaran yang berbeda agar bisa bersaing,” katanya.

Tawaran itu diantaranya adalah memberlakukan tarif kiloan, pelayanan empat jam selesai, dan pelanggan bisa memilih tujuh macam pewangi yang ditawarkan. Agunglah yang pertama merintis bisnis laundry dengan sistem kiloan di Yogyakarta dengan tarif relatif murah, yakni Rp 3.800 per kilo. “Saya terpaksa harus tidak tidur selama 24 jam karena peminatnya banyak, sementara saya hanya punya satu mesin cuci dan satu mesin pengering,” kata Agung.

Bisnis jasa cuci pakaian yang dirintis Agung ini ternyata berkembang sangat pesat. Ia mulai membuka cabang di sejumlah tempat. Bahkan, mulai tahun 2007 ia mulai mengembangkan bisnis cuci pakaian ini secara waralaba. “Tahun 2010 ini kami sudah punya 110 outlet di seluruuh Indonesia, dari Sabang sampai Papua dengan omzet Rp 3 miliar per bulan atau Rp 36 miliar per tahun,” katanya.

Agung kini mulai berpikir untuk go internasional. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami akan membuka cabang di Malaysia dan Singapura,” katanya.

Selain Agung, juga ada dua mahasiswa UGM yang meraih penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2009. Keduanya adalah Saiqa Ilham Akbar dan Indra Haryadi. Saiqa, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM angkatan 2005, memperoleh juara II Wirausaha Muda Mandiri 2009 katagori Jasa Boga Mandiri. Sedangkan Indra, mahasiswa Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, memperoleh penghargaan juara II Wirausaha Muda Mandiri katagori jasa Kreatif Mandiri.

Saiqa, memperoleh penghargaan karena usaha jasa boga berupa restoran masakan Jepang, Hotaru. Ia memulai usahanya pada 1 Juli 2008 di Jl Gejayan, dan kemudian dipindah ke Jl Soragan No 1 (selatan Mirota Godean), dengan omzet Rp 20 juta per bulan. Kini ia mulai membuka cabang di dekat Lembah UGM.

Sementara Indra Haryadi memperoleh penghargaan karena ristisan usaha DOJO Hotspot Center di kawasan Pogung Kidul, Sleman. DOJO Hotspot Center adalah jasa layanan Wi-Fi berbayar pertama di Indonesia. Usaha yang dirintis sejak 27 April 2008 ini kini telah berkembang pesat dengan omset Rp 1 juta per hari.
sumber:
http://tempointeraktif.com/hg/wirausaha/2010/03/13/brk,20100313-232375,id.html

Minggu, 09 Januari 2011

Peraih Nilai UN Tertinggi Tak Bisa Kuliah!!




Posted on April 27, 2010 by indunkz

Anak Yatim, Ibu Jual Pecel dan Jadi PRT
Butuh Donatur, Siap Nyambi Kerja
JEMBER – SURYA- Dina Bakti Pertiwi, 18, tak pernah menyangka akan menyabet nilai tertinggi Ujian Nasional (Unas) untuk program IPS se-Jawa Timur. Tidak hanya Dina, keluarganya pun tak percaya. Namun kegembiraan itu kini berubah menjadi beban. Pasalnya, siswi SMAN 1 Jember ini terancam tak bisa kuliah karena tidak adanya biaya.

Dina memang mempunyai rekam jejak sebagai sang juara di kelas dan sekolahnya. Menjadi juara sekolah sudah biasa disandang remaja kelahiran 22 Desember 1991 itu sejak duduk di bangku SD dan SMP.

“Tetapi kali ini benar-benar tidak menyangka. Kaget waktu diberitahu teman-teman yang melihat pengumuman di internet. Katanya saya juara satu se-Jatim. Saya malah tidak tahu,” kata Dina saat ditemui Surya di rumahnya, Jl Letjen Suprapto IX/22 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember, Minggu (25/4).

Dina meraih nilai tertinggi Unas untuk program IPS yakni 54,75, atau rata-rata nilai 9 untuk masing-masing mata ujian. Dia baru secara resmi menerima pengumuman hasil Unas tersebut dari sekolah pada Senin (26/4) hari ini.

Mengobrol dengan remaja satu ini amat menyenangkan. Teman bicaranya akan tertulari nada optimistis dan semangat saat ia berbicara. Dia juga tetap semangat ketika disinggung perekonomian keluarganya yang cupet setelah meninggalnya sang ayah, M Syafi’ hampir dua tahun silam. “Wah harus tetap optimistis meski ekonomi keluarga pas-pasan. Sekarang juga lagi nyari cara agar saya nanti bisa kuliah,” tegas anak ketiga dari lima bersaudara itu.

Cewek hitam manis ini kemudian menceritakan keinginannya setelah lulus SMA. Dia punya dua pilihan untuk kuliah nanti, yakni memilih Fakultas Ekonomi Universitas Jember melalui jalur PMDK, atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Namun untuk masuk melalui jalur PMDK, keluarga Dina harus menyediakan uang Rp 6.750.000. Angka yang terbilang besar bagi keluarga itu. “Angka segitu, besar sekali. Kami jelas tidak akan mampu,” ujarnya.

Dia sebenarnya ditawari pihak sekolah untuk mengikuti progam Bidik Misi Departemen Pendidikan Nasional yang menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu. Namun Dina dengan terpaksa tidak memilih program itu karena sebenarnya dia ingin kuliah di STAN.

“Kalau saya ikut Bidik Misi, sampai lulus saya harus kuliah di tempat kuliah awal saya. Tetapi dengan ikut PMDK, saya masih bisa ikut tes lain, seperti ikut STAN,” ujar Dina.

Dina memang berharap bisa masuk STAN, selain karena kecintaannya pada akuntansi dan manajemen keuangan, dia juga melihat masa depan lulusan STAN lebih pasti. Apalagi Dina sangat menyadari kondisi keuangan keluarganya.

Andaikata diterima di STAN saja, Dina juga masih coba berpikir keras bagaimana caranya bisa survive. Sebab, meskipun biaya kuliah di sekolah tinggi berikatan dinas itu gratis, namun biaya buku dan kos tetap ditanggung mahasiswa. Padahal, biaya kos di Jakarta ditambah anggaran beli buku, tentu tidak murah.

Dari dua kakak Dina, yang pertama, Doni, kemampuan ekonominya juga terbatas karena sehari-hari hanya bekerja di usaha mebel. Sedangkan kakaknya yang kedua menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura, dan bersuamikan warga negara Malaysia.

Ibunya, Tri Hartini, kini menjadi orangtua tunggal yang harus menghidupi tiga anaknya yang masih sekolah. Dua kakak Dina sudah menikah.

Meski ekonomi pas-pasan, Hartini sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi tiga anaknya yang masih sekolah. “Saya ingin tiga anak saya ini bisa sekolah tinggi. Ya saya harap ada donatur yang bisa membantu biaya sekolah anak saya,” ujar Hartini, yang sehari-hari berjualan nasi pecel dan juga menjadi pembantu di rumah tetangganya.

Saat SMA lalu, Dina mempunyai donatur yang membiayai sekolahnya sejak kelas dua. Yayasan Ad-dhuha Jember yang mencarikan donatur untuknya. Sementara dua adiknya mendapat keringanan biaya pendidikan dari sekolah masing-masing.

Meski telah mendapat keringanan biaya sekolah, Hartini tetap harus pontang-panting mencari uang untuk menafkahi tiga anak dan ibu kandung Hartini yang tinggal bersamanya. Dulu, sebelum Dina mendapatkan donatur, Hartini harus menggadaikan barang-barang di rumahnya untuk melunasi SPP Dina agar bisa ikut ujian.

“Ya sekarang juga mau nyari donatur dan semoga ada yang membantu biaya awal kuliah saya. Kalau sudah kuliah, saya akan mencari beasiswa, dan siap kerja sampingan untuk nambah biaya kuliah agar tidak memberatkan ibu,” kata Dina.

Dina mengaku tidak risih ketika harus bekerja saat kuliah nanti. Apalagi semenjak SMA, dia sudah mencari uang saku sendiri antara lain dengan cara memberikan les tambahan untuk teman sekelasnya. “Hasilnya lumayan untuk uang saku dan biaya les sebelum Unas,” ujarnya.

Dina memang hanya bisa mengikuti les yang berbiaya murah, seperti les dari guru sekolahnya. Dia tidak mampu mengikuti les di tempat bimbingan belajar seperti kebanyakan murid SMAN 1 Jember. “Lha wong biayanya jutaan, jelas tidak mampu. Saya cukup les yang biayanya Rp 40 ribu per bulan,” imbuhnya.

Meski murah, les tersebut sangat berarti baginya. Apalagi ditunjang kecerdasan yang dia miliki, nilai tertinggi Unas itu seakan menjadi penebus bagi penyuka mata pelajaran Matematika itu. “Pokoknya optimistis, nyantai aja, dan berusaha. Kemarin saja sebelum Unas, HP saya hilang tapi tidak saya pikir banget dan dibawa nyantai saja. Jadinya gak ganggu konsentrasi saat Unas,” tukas cewek yang suka nyanyi dan jalan-jalan itu.

Bantuan Provinsi

Mendapati informasi bahwa salah satu siswa peraih nilai Unas tertinggi di Jatim berasal dari keluarga tidak mampu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Suwanto memberi instruksi tegas pada jajaran Dindik Kabupaten/Kota untuk melakukan pendataan. “Kirim data siswa berprestasi dari keluarga miskin ke Dinas Pendidikan Provinsi. Segera,” demikian instruksi yang diberikan Suwanto, saat menjawab pertanyaan Surya, Minggu (25/4) malam.

Mantan Kadis Infokom Jatim itu menambahkan, Dindik Jatim akan mengusulkan para siswa berprestasi itu untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dindik Jatim juga menjanjikan akan membantu siswa berprestasi dari keluarga miskin untuk bisa mendapatkan beasiswa khusus yang dianggarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, meskipun beberapa PTN saat ini telah menutup proses pendaftaran jalur Beasiswa Bidik Misi (BBM).

Seperti diberitakan sebelumnya beberapa PTN di Jatim, khususnya di Surabaya, telah menutup jadwal pendaftaran program BBM. ITS, Unesa, IAIN Sunan Ampel telah menutup pendaftaran dan tengah melakukan proses seleksi untuk segera mengumumkan calon mahasiswa yang berhak menempati kuota BBM. Sedangkan Unair sudah menutup jadwal pendaftaran calon mahasiswa BBM, tapi proses seleksi calon mahasiswa BBM Unair akan dijalankan melalui SNMPTN.

Program BBM sebenarnya telah disosialisasikan dan dibuka pendaftarannya sejak Februari lalu. “Saya minta dinas kabupaten/kota bisa lebih aktif mendata siswa berprestasi dari keluarga miskin, karena pada prinsipnya kami akan membantu mereka,” tegas Suwanto. nuni/rey

Filed under: Aneka, Nasional Tagged: | Ekonomi, Hebat, Kisah, Miris

Merokok Bisa Tipiskan Otak

Senin, 6 Desember 2010 - 18:25 wib
Fitri Yulianti - Okezone
Detail Berita
(Foto: gettyimages)

STUDI yang dihelat awal Desember 2010 melaporkan bahwa otak perokok menipis seiring bertambahnya rokok yang mereka hisap per hari. Tentu, studi mengisi daftar panjang bertambahnya alasan bagi perokok untuk berhenti.

Selebral korteks adalah wilayah tertentu dari otak yang bertanggung jawab untuk banyak fungsi penting, termasuk bahasa, pengolahan informasi, dan memori.

Penelitian sebelumnya berhasil menemukan fakta bahwa berkurangnya ketebalan korteks dikaitkan dengan penuaan normal, kecerdasan berkurang, dan kognisi terganggu. Sayang, penelitian tidak menggambarkan dampak merokok pada ketebalan korteks.

Mengenai temuan tentang merokok

Sebuah studi baru—diterbitkan di Biological Psychiatry—melaporkan temuan tentang dampak merokok. Para peneliti membandingkan ketebalan korteks pada sukarelawan, baik perokok maupun bukan perokok, tanpa penyakit medis atau kejiwaan.

Hasilnya, korteks perokok menipis pada bagian kiri tengah orbitofrontal. Ketebalan korteks pun berkorelasi dengan jumlah rokok yang dihisap per hari dan besarnya paparan seumur hidup terhadap asap tembakau. Dengan kata lain, semakin Anda merokok lebih berat, penipisan jaringan korteks semakin jelas terlihat.

Korteks orbitofrontal sering dikaitkan pula dengan kecanduan narkoba. Temuan terbaru menunjukkan bahwa perokok berat risiko kecanduannya pun meningkat. Demikian seperti dilansir dari Health24, Senin (6/12/2010).

"Daerah di otak yang menipis berkaitan pula dengan kontrol impuls, pengolahan penghargaan, dan pengambilan keputusan. Ini mungkin menjelaskan bagaimana kecanduan terhadap nikotin bisa terjadi (pada perokok berat)," jelas Dr Simone Kuhn.

"Dalam studi lanjutan, kami berencana untuk mengeksplorasi efek rehabilitatif dari berhenti merokok terhadap otak," imbuh Simone.

"Temuan terbaru menunjukkan bahwa merokok mungkin memiliki efek kumulatif pada otak," kata John Krystal MD, Editor Biological Psychiatry di Yale University.

Ia menegaskan, temuan tersebut menyoroti pentingnya menargetkan para perokok muda untuk menghentikan aktivitas merokok.
(ftr)
Share

Honda Kenalkan Kelebihan Blade Pada Arek Suroboyo Lewat Slalom!


Surabaya - Penjualan sepeda motor Honda di Jawa Timur terus tumbuh. Melalui main dealernya, PT Mitra Pinasthika Mustika (MPM), jumlahnya makin besar dan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi penjualan Honda secara nasional.

Hampir semua tipe banyak peminatnya. Bukan hanya skutik yang sedang booming. Tapi bebek juga tetap mendominasi di Jawa Timur. "Penjualan bebek kita diatas 59 persen dari total penjualan Honda di Jawa Timur," buka Suwito M, Presdir PT MPM.

Dan, uniknya tipe Supra X 125 seimbang penjualannya dengan Honda Revo yang notabene lebih murah. "Totalnya kita bisa menjual 20 ribuan bebek di Jawa Timur," terangnya dengan ramah.

Lalu bagaimana dengan Honda Blade? Apakah benar bebek sporty ini kurang digemari di Jawa Timur? "Desainnya yang sangat sporty memang kurang cocok dengan selera di sini (Jawa Timur)," akunya.

"Tapi secara performa, orang-orang sudah tahu kalo Balde sangat baik. Karena sering menjuarai balap road race di Jawa Timur. Apalagi dengan diadakannya Honda Blade Slalom ini di Surabaya, tentunya akan jadi pembuktian," yakinnya.

Menurut pria berperawakan tinggi besar ini dengan digelarnya Honda Blade Slalom, masyarakat Surabaya jadi tahu lincahnya Honda Blade dan kemampuan mesinnya yang tangguh.

"Saat ini penjualan Honda Blade di Jawa Timur sekitar 10 persen dari total bebek. Saya harapkan, seiring makin dikenalnya keunggulan Honda Blade oleh masyarakat, kontribusinya pada penjualan bebek Honda di Jawa Timur akan semakin baik," harap Suwito. (motorplus.otomotifnet.com)
Penulis : Popo | Editor : Popo | Foto : Popo

Sengit, Garuda Tuntaskan Dendam atas CLS Knights

Sports - Basket



Minggu, 9 Januari 2011 - 21:50 wib
text TEXT SIZE :  
Share
Achmad Firdaus - Okezone

Foto: Forward Garuda Deny Sumargo (kuning) tengah mencoba melewati hadangan pemain CLS Knights/Sugeng Deas (NBL)
BALI - Garuda Flexi Bandung akhirnya menuntaskan dendam mereka atas Nuvo CLS Knights Surabaya. Bentrok di GOR Merpati pada Seri IV NBL, Bali, Minggu (9/1/2011), Garuda sukses menekuk CLS 62-59 meski harus susah payah. Aroma saling mengalahkan langsung terasa ketika memasuki kuarter pertama. Kedua tim memainkan pola menyerang yang cepat dengan pertahanan yang disiplin. Melalui Tony Agus, Febri Utomo, dan Agustinus Indrajaya, CLS Knights menyerang dengan apik. Sementara pada kubu Garuda, Indra Budianto membukukan poin terbanyak dengan tujuh poin dan menutup kuarter pertama dengan skor imbang 17 sama. Kuarter kedua berjalan lebih panas, Denny Sumargo yang terkena lengan Jeffry Bong hingga sedikit terluka langsung membalas dengan melakukan foul cukup keras dengan mengganjal Jeffry, namun sayang dua pelanggaran tersebut luput dari pantauan wasit. CLS Knights menguasai pertandingan hingga enam menit awal kuarter kedua dengan meninggalkan Garuda dengan skor 8-0. Garuda melalui Wendha Wijaya dan Denny Sumargo yang memasukan lima dari enam kali free-throw berturut-turut berhasil kembali memperketat permainan dengan skor 29-27 di akhir kuarter kedua. CLS Knights unggul sementara. Memasuki awal kuarter ketiga, Garuda mengambil alih permainan. Berbalik kini CLS Knights yang tidak mampu mengembangkan permainan. Penampilan gemilang Denny Sumargo mampu membawa Garuda unggul hingga tujuh angka di pertengahan kuarter. Febri Utomo yang menjaga Denny melakukan tugasnya dengan cukup baik. Selain berhasil mematikan Denny di lima menit terakhir, Febri juga mampu membalikan keadaan dan membawa CLS Knights unggul 45-42 di akhir kuarter ketiga. Puncak serunya pertandingan terjadi di kuarter keempat. Kedua tim saling kejar mengejar angka dengan selisih tipis. Pada sisa 30 detik terakhir, Garuda hanya unggul satu angka sementara bola dikuasai oleh Febri yang mengatur serangan. Bola passing yang gagal ditangkap oleh Indrajaya berhasil dicuri oleh Denny Sumargo yang langsung melesat untuk mencetak dua angka di sisa lima detik terakhir.(acf)
Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terikini lewat http://m.okezone.com
Dapatkan okezone launcher untuk BlackBerry http://bb.okezone.com 

5 Kebiasaan Jorok & Cara Mengatasinya


Minggu, 9 Januari 2011 - 11:05 wib
Detail Berita
(Foto: gettyimages)
KESAL rasanya jika ketika asyik makan, tiba-tiba ada yang buang angin sembarangan alias kentut. Atau begitu selesai makan, ada orang yang seenaknya saja bersendawa. Namun, bagaimana jika hal itu dilakukan oleh si kecil?

Kebiasaan jorok memang sering kita jumpai pada usia anak-anak. Bagaimana ya, cara mengubah perilakunya itu?

Mengorek-ngorek Kotoran Hidung (Ngupil)

Menyentuh kotoran hidung sebenarnya tidak berbahaya, tapi memang menjijikkan. Risiko terburuknya adalah, anak mengorek terlalu keras sehingga timbul luka yang mengundang infeksi.

Untuk mencegahnya, ajarkan anak membersihkan rongga hidung tiap mandi dengan air. Menghirup air ke dalam hidung dan menyemprotkannya (seperti orang yang sedang berwudu sebelum salat) beberapa kali akan melunakkan kotoran sehingga mudah dikeluarkan, serta membantu menjaga kelembapan rongga hidung.

Kalaupun terpaksa harus membersihkan rongga hidung di depan umum, ajarkan anak memakai tisu atau saputangan, bukan jari.

Batuk atau Bersin Tanpa Ditutup

Kebiasaan ini menjijikkan sekaligus membahayakan orang lain. Partikel-partikel yang disemburkan orang batuk atau bersin bisa ’terbang’ sampai bermeter-meter dengan kecepatan tinggi. Dan di antara partikel tersebut ada kuman-kuman penyakit. Perlu diketahui, penyakit berbahaya seperti radang paru-paru dan radang selaput otak juga dapat ditularkan dengan cara ini.

Biasakan anak bersin dan batuk dengan suara yang wajar (tidak dikeras-keraskan) sambil menutupi mulut dan hidung dengan saputangan, tisu, atau minimal bagian dalam sikunya (bukan telapak tangannya). Kalau anak sering lupa membawa tisu/saputangan, selipkan di saku baju, di tas, atau di mana saja yang mudah anak temukan. Ajarkan ia mencuci tangan setelah bersin atau batuk.

Meludah Sembarangan

Kebiasaan ini tidak hanya menjijikkan, kasar dan sangat tidak sopan, tapi juga membahayakan orang lain. Ludah mengandung banyak sekali kuman merugikan, apalagi jika anak sedang sakit. Meludah di sembarang tempat sama saja menyebar penyakit ke mana-mana.

Biasakan anak meludah (tanpa membunyikannya keras-keras) di wastafel atau di kloset. Jika jauh dari kamar kecil atau wastafel, ajarkan untuk meludah pada tisu dan membuangnya ke tempat sampah, meludah langsung ke dalam tempat sampah, atau di saluran pembuangan air kotor.

Buang Angin Sembarangan

Kebiasaan ini sebenarnya tidak membahayakan, tapi amat mengganggu orang lain karena gas yang dibuang mengandung hidrogen belerang (H2S) yang berbau busuk. Buku The Doctor’s Book of Home Remedies for Children menyarankan agar orangtua membantu anak mengurangi produksi gasnya, misalnya dengan mengurangi hidangan yang mnegandung gas.

Selain itu, orangtua perlu juga menetapkan ‘zona bebas gas’. Katakan kepada anak, buang angin itu tidak masalah asal dilakukan sesuai aturan yang bisa diterima secara sosial. Misalnya, tidak dilakukan saat makan bersama atau dalam situasi sosial, melainkan di toilet atau di kamarnya. Jika aturan ini sering dilanggar, orangtua boleh memberi konsekuensi negatif, misalnya ”Kalau buang angin di depan orang, jatah main video game-nya dikurangi setengah jam misalnya.

Bersendawa Keras-keras

Si kecil suka bersendawa keras di depan orang banyak – menirukan iklan minuman bersoda di TV? Bersendawa keras bisa membuat sebagian orang merasa jijik, karena diasosiasikan dengan kondisi ingin muntah. Untuk mencegahnya, ajarkan anak makan dan minum perlahan-lahan – mengunyah dengan cermat, baru menelannya, agar lebih sedikit udara yang tertelan. Kalaupun harus bersendawa, ajarkan untuk melakukannya sepelan mungkin sambil menutup mulutnya.

Tip Mencegah Kebiasaan Jorok
1. Orangtua secara konsisten mengingatkan kepada anak, sekaligus juga memberikan alasan, mengapa perilaku tersebut sebaiknya tidak dilakukan.

2. Orangtua secara konsisten, memberikan contoh mengenai perilaku yang dimaksud. Misal, orangtua ingin agar anak cuci tangan sebelum makan, maka orangtua secara konsisten juga harus melakukan hal yang sama, yaitu mencuci tangannya sendiri sebelum makan. Tujuannya, agar anak meniru kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua.

3. Memuji anak setiap kali ia berperilaku sesuai dengan tujuan. Misal, bila anak ingat untuk mencuci tangan sebelum makan, katakan bahwa dia pintar.

4. Kebiasaan – baik atau buruk – terbentuk lewat pengulangan suatu perilaku secara sadar. Menghilangkan kebiasaan jorok anak juga dapat dilakukan dengan prinsip yang sama. Teruslah mencegah anak melakukannya sampai anak mampu mencegah dirinya sendiri.
(Mom& Kiddie//ftr)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More